[tie_slideshow]
[tie_slide]
PMI Blora pada tahun 2015 ini mendapat program water dan sanitasi untuk 2 desa yaitu Desa Sukorejo Kecamatan Tunjungan dan Desa Sendang Mulyo Kecamatan Ngawen. Kegiatan itu merupakan program dari PMI Pusat yang bekerjasama dengan Palang Merah Korea.
“Program ini untuk meningkatkan akses ketersediaan sanitasi di lingkungan masyarakat yang masih kurang,Nantinya program akan berlangsung selama tiga tahun dan juga dilakukan pendampingan secara intensif,” ungkap Umi Kulsum Ketua PMI Blora,
Untuk di Jawa Tengah sendiri lanjut Umi Kulsum hanya ada dua PMI yang mendapatkannya, selain Blora ada dari PMI Banjarnegara. Hal ini merupakan kesempatan yang bagus sehingga kiprah PMI semakin bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Adapun Program Watsan tidak memberikan bantuan fisik secara langsung, tetapi harus melalui beberapa metode dengan melibatkan masyarakat dalam rangka merubah perilaku yang tidak sehat, Metode tersebut lebih dikenal dengan PHAST (Participatory Hygiene And Sanitation Transformation) yang artinya suatu pendekatan yang bersifat inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hiegene (kebersihan diri), perbaikan sanitasi dan pengelolaan fasilitasi sanitasi dan air bersih oleh masyarakat dengan menggunakan teknik partisipatif.
Melalui metoda PHAST ini, diharapkan perubahan perilaku masyarakat dapat berkelanjutan dengan cara meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan itu sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menunjukan korelasi antara sanitasi dan status kesehatan, meningkatkan rasa percaya diri masyarakat, memberdayakan masyarakat untuk merencanakan perbaikan lingkungan serta untuk memiliki dan menggunakan fasilitas air bersih dan sanitasi yang sudah ada. Metoda PHAST tersebut terdiri dari 7 tahapan meliputi identifikasi masalah, analisa masalah, perencanaan jalan keluar, pemilihan opsi-opsi, perencanaan untuk fasilitas baru dan perubahan perilaku, perencanaan pemantauan dan evaluasi dan pemantauan partisipatif.
[/tie_slide]
[tie_slide]
Tahap pertama, identifikasi masalah yaitu mengidentifikasi masalah yang muncul di masyarakat daerah sasaran melalui cerita-cerita masyarakat, masalah-masalah kesehatan.
Tahap kedua, Analisa masalah yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pemetaan air dan sanitasi di masyarakat, kebersihan diri yang sehat dan buruk dengan menggunakan alat bantu tiga macam tumpukan, penyelidikan kebiasaan masyarakat sehari-hari dengan menggunakan alat bantu bagan kantong, bagaimana penyakit menyebar dengan membuat diagram route perpindahan.
Tahap ketiga, Perencanaan jalan keluar dilakukan beberapa kegiatan yaitu menghentikan penyebaran penyakit, memilih penghalang, tugas laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Tahap keempat, Pemilihan opsi-opsi meliputi pemilihan perbaikan sanitasi, perbaikan perilaku kebersihan diri, penyediaan waktu untuk pertanyaan.
Tahap kelima, Perencanaan Untuk Fasilitas Baru dan Perubahan Perilaku dilakukan dengan cara merencanakan untuk perubahan, merencanakan siapa melakukan apa, mengidentifikasi apa yang mungkin berjalan tidak sesuai rencana.
Tahap keenam, Perencanaan untuk pemantauan dan evaluasi. Hal ini direncanakan untuk persiapan pemeriksaan kemajuan program Water sanitasi ke depannya. Tahap ketujuh, Pemantauan yang partisipatif. Kegiatan ini dilaksanakan masyarakat setelah melaksanakan rencana (tugasnya) mungkin enam bulan atau satu tahun sesudah dimulainya program. Tahapan ini seyogyanya melibatkan masyarakat, relawan, pejabat dan mungkin perwakilan masyarakat dari masyarakat desa tetangga.
Dengan tahapan PHAST tersebut PMI Kabupaten Blora dapat mengetahui secara langsung dari masyarakat apa yang menjadi prioritas penanganan masalah air dan sanitasi bukan PMI yang menentukan apa yang menjadi prioritas masyarakat.
Dengan tahapan PHAST tersebut PMI Kabupaten Blora dapat mengetahui secara langsung dari masyarakat apa yang menjadi prioritas penanganan masalah air dan sanitasi bukan PMI yang menentukan apa yang menjadi prioritas masyarakat.
Setelah melalui tahapan PHAST tersebut kegiatan yang juga tidak kalah pentingnya yaitu pencarian dukungan stakeholder dinas maupun instansi yang berada di Kabupaten Blora melalui stakeholder meeting. Selanjutnya, barulah pembangunan fisik dapat dilakukan dengan melalui berbagai proses pra pembangunan yaitu mulai dari pengecekan lokasi sumber air, debit sumber air dan penilaian dini dapat memenuhi kebutuhan daerah sasaran atau tidak. Tahapan tersebut cukup memakan waktu yang tidak sebentar karena untuk menentukan lokasi sumber air di daerah Blora yang terkenal dengan tanahnya yang tandus. (Humas/Watsan)
[/tie_slide]
[/tie_slideshow]